Kentut Yang Keluar Tidak Dapat Ditukar Dan Dikembalikan
Seringkali ketika buang angin, orang belum mempersiapkan dulu bagaimana melakukan “after-sales service”. Walaupun spontan, tetap saja perlu ...
http://ardhastres.blogspot.com/2010/12/kentut-yang-keluar-tidak-dapat-ditukar.html
Seringkali ketika buang angin, orang belum mempersiapkan dulu bagaimana melakukan “after-sales service”. Walaupun spontan, tetap saja perlu prosedur standar, meski kentut tidak bergaransi, baik volume suara, maupun komposisi aromanya. Semoga saja meski kentut panjenengan tidak mengandung bahan pengawet (emang ada yang kentutnya baunya bisa tahan ampe berjam-jam gak ilang-ilang), sudah mempersiapkan antisipasi secukupnya. Lebih-lebih bagi yang bau kentutnya termasuk kategori stadium 3. Masih ingat peribahasa, siapa menabur angin bakal menuai badai.
1. “Fuihh … lega sekarang ….” sambil menghirup napas dalam-dalam mungkin untuk menggantikan volume udara yang telah keluar tadi agar tetap seimbang.
2. “Ada yang dengar nggak ya?” (mukanya pucat seperti liat Mak Lampir habis creambath, apalagi bila kentutnya di sekitar para sesepuh atau boss).
3. “Syukurlah, baunya tak begitu keras” (Jadi bila dalam batas waktu yang ditentukan tidak ada yang mengklaim ‘kepemilikannya’ maka akan ngabur begitu saja).
4. “Kok bau sih, ada yang kentut ya?” (padahal yang lain belum mencium baunya, sambil buru-buru berpura-pura menutup hidung sebelum keburu ditunjuk, seperti pepatah, lempar bau sembunyi pantat). Kesimpulan: Waspadalah dengan mereka yang nomor satu mencium bau kentut duluan, siapa tahu mereka sendiri yang kentut.
5. ( Setelah menganalisis bau yang bervariasi) “Hmmm … perasaan bukan cuma gue yang kentut? Kok baunya macem-macem … Pasti ada yang ikutan kentut juga… ” Kesimpulan: “Iya deh, gue kentut. Tapi bukan cuma gue yang kentut.”
6. Buru-buru meninggalkan TKP (plus para korban tak bersalah bergelimpangan), baru berani kembali lagi setelah masa aktif kentutnya diperkirakan sudah “kadaluwarsa”.
7. (Harap-harap cemas) “Wah mesti ganti celana, perasaan ada yang ikutan keluar? Jangan-jangan nyangkut nih?” Kesimpulan: Jangan terlalu ngeden bila kentut, dan waspadalah bila patut diduga ada yang ‘penumpang gelap’ yang ‘menunggangi’ kentut tersebut.
8. Segera semprot parfum atau pengharum ruangan untuk menetralisir sebelum bau terlanjur menyebar. Ada juga yang pura-pura main semprot obat nyamuk.
9. Kalem saja dengan wajah innocent, belum puas sebelum mencetak “hattrick”. Mungkin suara ‘letusan’ terkamuflase oleh hiruk pikuk di sekitarnya. Kalo baunya gimana? Ya tetap aja … (tanpa memperdulikan apakah akan meninggalkan ‘duka’ yang berkepanjangan).
10. (Ini sih demitnya yang kentut, apalagi kalo di tempat yang angker) “Loh … perasaan cuma gue sendirian di sini kok ada bau-bauan … Jangan-jangan hiiii ….” Kesimpulan: Anda harus bisa membedakan bau kentut sendiri dengan kentut gendruwo dan kuntilanak.
11. “Ada apa to Jeng kok kipas-kipas terus?” “Enggak cuma radak gerah sedikit …” (padahal sih bermaksud ‘memecah formasi’ supaya tidak terlalu signifikan untuk menyolok hidung).
12. (balas dendam, soalnya habis dikentutin orang) “Rasain luh …. emang cuma kamu yang kentutnya bau?”
13. (Membela diri) “Iya..iya… gue kentutnya memang keras, tapi nggak bau kok? Coba dicium dulu dong.” Kesimpulan: Intensitas bau memang tidak selalu berbanding lurus dengan suaranya, masalahnya orang lebih sering berprasangka berdasarkan suaranya. Mungkin karena asal suara lebih mudah dilacak daripada sumber bau.
14. Sambil berjalan sambil ninggalin kentut dimana-mana, selalu bergerak sehingga tidak mudah diidentifikasi. Pokoknya diobral abis, rejeki buat yang nemuin dah … Namanya juga kentut bermobilitas tinggi.
15. (Belum sadar juga bila dirinya kentut, soalnya lagi pilek) “Emang bau apa sih…?” (padahal sekitarnya sudah heboh).
Baiklah teman-teman, karena itu perhitungkan dengan seksama sebelum buang angin. Karena kentut yang terlanjur dikeluarkan tidak dapat ditukar atau dikembalikan. Lain kali bila menuduh orang lain kentut, lakukan dengan cara yang elegan, janganlah tunjuk hidungnya, tapi tunjuk pantatnya, dengan begitu beliau tidak akan tersinggung.
Hmmm … apa betul orang yang habis kentut buru-buru menyembunyikan pantatnya? Bagaimana cara panjenengan untuk memastikan siapa sebenarnya yang kentut?
Bekomentarlah dengan baik, penulis akan menghapus komentar jika
1. Menyantumkan Link di dalam kotak komentar
2. Tidak sesuai Isi
3. SPAMMING